resiko reksdana

Yuk Kenali 6 Risiko Investasi Reksadana Yang Paling Sering Terjadi Sebelum Mulai!

Apa sih yang jadi momok atau yang paling ditakutkan saat investasi reksadana? Pasti jawabannya adalah risiko rugi. Meski reksadana bisa dimulai dengan dana kecil, tapi masalah rugi bisa saja terjadi. Tapi bagaimana cara menghindari kerugian atau boncos tersebut? Coba pahami dulu risiko investasi reksadana berikut.

Risiko Risiko Yang Wajib Dikenali Di Investasi Reksadana

  1. Masalah Likuiditas 

Masalah likuiditas ini bisa terjadi pada seluruh jenis saham Reksadana. Baik itu yang memiliki risiko rendah ( Pasar uang), atau di risiko sedang untuk pendapatan tetap, bahkan di jenis investasi risiko tinggi sekelas saham. Apa maksudnya? Likuiditas bermasalah bisa terjadi karena pihak bank tidak mampu mencairkan atau memenuhi permintaan penarikan uang. 

Bagaimana dengan reksadana? Masalah ini biasanya terjadi saat manajer investasi atau bank terlambat menyediakan dana untuk pencarian oleh investor. Akhirnya cuan pun tidak kunjung didapatkan. Jika Anda menggunakan Reksadana, saat ini programnya sudah diatur dengan undang undang. Yang menekankan bahwa proses pencairan hanya butuh waktu maksimal 7 hari. 

  1. Inflasi, Politik, Dan Ekonomi  

Secara realistis, kondisi keuangan dunia, negara, politik, dan masalah inflasi secara tidak langsung akan berpengaruh pada nilai dari investasi. Risiko investasi reksadana ini bahkan bisa terjadi pada semua aspek investasi dan modelnya. Sebut saja sebagai contoh adalah kondisi perekonomian dan gejolak politik di suatu negara. 

Biasanya kondisi perekonomian tersebut mendorong masalah pada nilai produk dan saham. Yang kemudian dikaitkan dengan inflasi harga pokok dan lainnya. Namun bisa juga membuat kerugian pada suatu entitas saham. Seperti menurunnya nilai mata uang karena peperangan, hingga fluktuasi harga yang lebih besar di masa masa capres yang mengarah pada risiko kehilangan modal atau dana. 

Baca juga : Modal Reksadana Berapa?

  1. Risiko Penurunan Nilai 

NAB atau UP disebut juga sebagai cerminan nilai aktiva bersih suatu investasi. Nilai tersebut didapat dari perhitungan nilai aset dikurangi biaya, dan dibagi dengan jumlah unitnya. Lantas apa pengaruhnya? Nilai keuntungan reksadana juga berkaitan dengan nilai tersebut. Yang mana juga berkaitan dengan naik turunnya harga reksadana yang Anda miliki. 

Hal ini karena adanya risiko pasar yang setiap harinya bisa naik dan turun. Bagaimana cara menghindari risiko investasi reksadana tersebut? Tidak bisa. Namun Anda bisa mengurangi risiko dengan memilih reksadana pasar uang yang berjangka pendek. Tapi jika ingin menantang risiko tersebut dengan investasi pada saham jangka panjang. 

  1. Wanprestasi 

Wanprestasi bisa menjadi sebuah kegagalan dan risiko yang cukup ditakutkan. Bagaimana bisa? Karena wanprestasi adalah kondisi ketika terjadi gagal bayar. Dalam artian lain, saat rekan usaha yang bekerja sama dengan manajer investasi tidak berhasil memenuhi kewajibannya. Siapa saja rekan tersebut? 

Biasanya, rekan tersebut disebut dengan emiten, bank kustodian, pialang, serta agen penjual efek reksadana. Anda tidak perlu takut. Risiko ini biasanya terjadi pada perusahaan yang berisiko bangkrut. Sebagai contoh adalah PT A menyebarkan obligasi, yang ternyata suatu hari tidak bisa memenuhi permintaan pembayaran kupon karena masalah keuangan. 

Seperti apa risiko yang ditakutkan? Tentunya rugi karena nilai investasi akan hilang atau lenyap. Lantas bagaimana Anda mencegah risiko investasi reksadana ini terjadi? Yang jelas Anda perlu mengenal terlebih dahulu bank kustodian atau manajer investasi yang mengelola produk reksadana. Setidaknya pilih yang terpercaya dan pasti pasti saja.

  1. Risiko Pasar dan NAB 

Dinamika pasar modal menjadi acuan risiko pasar modal. Apa yang wajib diperhatikan? Biasanya risiko ini berkaitan dengan fluktuasi dan menurunnya NAB sebagai efek perubahan sentimen pasar keuangan. Risiko ini juga sering disebut sebagai risiko sistematik karena tidak bisa dihindari dan akan selalu dialami investor. Lantas akan rugi dong? 

Anda tidak perlu panik dan langsung mencairkan dana. Penurunan dan peningkatan nilai aset ini tidak akan terjadi secara permanen. Ada kalanya nilai tersebut akan naik dan turun begitu signifikan. Karena itulah Anda perlu memilih jenis saham yang tepat. Anda bisa memilih jangka pendek untuk mengurangi risiko atau menantang dengan jangka panjang untuk menanti peningkatan NAB.  

  1. Return yang kurang pasti 

Mengingat bahwa reksadana berkutat dengan banyak instrumen, maka banyak yang takut dengan return yang tidak pasti. Belum lagi dengan sistem reksadana yang berupa pengumpulan banyak dana investor di dalam aset yang berbeda. Maka risiko penarikan dana macet dan tidak pasti akan menghantui. 

Bagaimana menurut Anda? Ternyata, kondisi ini memang bisa saja terjadi dimanapun. Yang mana terpaku karena adanya kondisi penarikan bersamaan atau melebihi kapasitas batas pencairan yang sanggup dipenuhi manajer investasi. Namun beruntungnya risiko investasi reksadana ini juga sudah dikurangi dengan aturan pengembalian return.

Keenam risiko tersebut memang sudah menjadi hal yang tidak bisa dielakkan. Sama seperti bisnis, pastinya ada kala untung dan rugi. Karena itulah, pemahaman akan bisnis dan investasi wajib dipahami lebih lanjut. Dengan demikian, Anda bisa menghindari risiko yang sudah disebutkan tadi. Tapi jangan takut mencoba. Reksadana termasuk mudah dan cocok untuk pemula. 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!